

Para
nabi, sejak yang pertama hingga yang terakhir, semuanya berdakwah kepada
umatnya agar mengucapkan la ilaha illallah dan menjaga keistiqamahan
atasnya. Mengapa demikian? Karena kunci surga adalah tauhid. Dari Mu'adz bin
Jabal radhiyallahu'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa
yang akhir ucapannya adalah laa ilaaha illallaah pasti masuk surga.” (HR Abu
Dawud, no. 3116. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Takut
terjerumus dalam kesyirikan adalah rasa takut yang seharusnya ada dalam diri
setiap Muslim. Mengapa demikian? Karena kesyirikan adalah
kejahatan terbesar di muka bumi. Allah ﷻ berfirman,
ﵟإِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞﵞ
“Sesungguhnya kesyirikan adalah kejahatan yang paling
besar.” (QS Luqman: 13).
Jangan pernah merasa aman dari kesyirikan. Jangan merasa
aman hanya karena sudah berhaji berkali-kali, tinggal di lingkungan Islami,
atau rajin beribadah. Karena siapa pun tetap berpeluang untuk terjerumus ke dalam
kesyirikan. Setan tidak pernah berhenti berusaha menyesatkan manusia.
Seorang Muslim yang berakal akan senantiasa merasa takut
terhadap kesyirikan. Ia akan berdoa kepada Allah ﷻ agar
dilindungi dari kesyirikan. Di antara doa yang tercantum dalam Al-Qur’an adalah,
ﵟرَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ
إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُﵞ
“Wahai
Rabb kami, janganlah Engkau memalingkan hati kami setelah Engkau berikan
hidayah kepada kami. Karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu.
Sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS Ali
Imran: 8).
Demikianlah sifat orang-orang beriman, mereka takut
kepada Allah ﷻ untuk berpaling dari kebenaran dan tauhid, dan mereka memohon
perlindungan-Nya dari kesyirikan.
Kesyirikan terbagi menjadi beberapa macam: syirik besar,
syirik kecil, dan syirik khafi (samar). Para ulama sepakat bahwa syirik besar
dapat menyebabkan pelakunya kekal di neraka, sementara syirik kecil tidak
mengakibatkan kekekalan di dalamnya. Adapun tentang syirik khafi, para ulama
berbeda pendapat; sebagian berpendapat bahwa ia termasuk syirik kecil,
sementara sebagian lain berpendapat bisa menjadi syirik besar, khususnya dalam
masalah akidah.
Jika kita katakan bahwa syirik khafi bisa termasuk syirik
besar, maka itu berkaitan dengan keyakinan, karena sifatnya tidak tampak. Contohnya adalah nifaq i’tiqadi (kemunafikan
dalam akidah). Allah ﷻ berfirman,
ﵟوَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا
بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَﵞ
“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman
kepada Allah dan hari Akhir,’ padahal sebenarnya mereka itu bukanlah
orang-orang yang beriman.” (QS Al-Baqarah: 8).
Mereka adalah kaum munafik yang menampakkan keislaman,
tetapi di dalam hatinya membenci Islam dan berusaha merusaknya dari dalam.
Kesyirikan mereka tersembunyi, karena mereka menyembunyikannya dengan rapi.
Allah ﷻ memperingatkan kita agar berhati-hati terhadap kesyirikan.
Jangan sampai kita melakukannya, baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
Allah ﷻ
berfirman,
ﵟفَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادٗا
وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَﵞ
“Janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi
Allah sementara kalian tahu (bahwa tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya).”
(QS Al-Baqarah: 22).
Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma menafsirkan ayat di
atas dengan mengatakan,
الأَنْدَادُ: هو الشِّركُ، أَخْفَى مِن
دَبِيبِ النَّمْلِ عَلى صَفَاةٍ سَودَاءَ فِي ظُلْمَةِ اللَّيلِ، وَهُوَ أَن
تَقُولَ: وَاللهِ وَحَيَاتِكَ يَا فُلَانُ، وَحَياتِي، وتَقُولَ: لَولا كُلَيبَةُ
هَذَا لَأَتَانَا اللُّصُوصُ، وَلَولَا البَطُّ فِي الدَّارِ لَأَتَى اللُّصُوصُ.
وقُول الرَّجُلِ لِصَاحِبِه: مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ، وقولُ الرَّجُلُ: لولا
اللهُ وفُلَانُ. لَا تَجْعَلْ فِيهَا فُلَانًا. هَذَا كُلُّهُ بِهِ شِرْكٌ.
“Al-Andaad” (dalam ayat tersebut) maksudnya adalah syirik (yang
samar). Ia lebih samar daripada seekor semut yang berjalan di atas batu hitam
di tengah kegelapan malam. Contoh dari syirik kecil ialah ucapan; ‘Demi Allah
dan demi hidupmu wahai fulan, serta demi hidupku.’ Termasuk juga ucapan; ‘Kalau
seandainya bukan karena anjing kecil ini, niscaya sudah ada maling,’ atau
ucapan, ‘Kalau saja tidak ada bebek ini, pasti maling sudah masuk rumah.’
Demikian pula dengan ucapan seseorang pada temannya, ‘Atas kehendak Allah dan
kehendakmu,’ atau ucapan, ‘Kalau saja bukan karena Allah dan fulan.’ Ini semua
adalah kesyirikan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/105)
Jika dalam perjalanan kita tiba-tiba diberi tahu oleh
seseorang, "Jangan lewat jalan itu, karena daerah tersebut rawan
kejahatan," tentu kita akan segera menghindari jalan tersebut dan memilih
jalur lain yang lebih aman. Demikian pula seharusnya sikap kita terhadap
kesyirikan, harus menjauhinya sejauh mungkin, karena kesyirikan adalah
kejahatan terbesar di muka bumi. Para pelaku kesyirikan kelak di akhirat akan
menyesal dan mengakui bahwa perbuatan mereka adalah kesalahan besar. Allah ﷻ berfirman,
ﵟتَٱللَّهِ إِن كُنَّا لَفِي ضَلَٰلٖ
مُّبِينٍ 97 إِذۡ نُسَوِّيكُم بِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ 98 ﵞ
“Demi Allah, sesungguhnya dahulu kami benar-benar dalam
kesesatan yang nyata, yaitu ketika kami menyamakan kalian (berhala) dengan Rabb
semesta alam (Allah).” (QS Asy-Syu’ara: 97-98).
Sebagai orang tua, kita wajib menakut-nakuti anak-anak
kita dari kesyirikan. Sampaikan kepada mereka bahwa syirik adalah perbuatan
yang sangat berbahaya, pelakunya tidak akan diampuni oleh Allah ﷻ dan akan masuk
neraka untuk selama-lamanya. Kita perlu meneladani sikap Lukman al-Hakim, yang
dengan tegas menasihati anaknya tentang bahaya kesyirikan, hingga nasihat
indahnya diabadikan Allah ﷻ dalam Al-Qur’an,
ﵟوَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ
وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ
عَظِيمٞﵞ
“Ingatlah ketika Lukman berkata pada anaknya ketika ia sedang memberikan pengajaran padanya, ‘Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sungguh, perbuatan mempersekutukan Allah adalah kejahatan yang paling besa.” (QS Lukman: 13).
Sebagaimana kita merasa perlu menakut-nakuti anak-anak
dari bahaya narkoba atau minuman keras yang merusak jasmani dan akhlak mereka,
kita seharusnya jauh lebih serius dalam menakut-nakuti mereka dari kesyirikan,
yang menghancurkan kehidupan dunia dan akhirat.
Mengapa kita harus takut terhadap perbuatan syirik?
Karena syirik adalah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah ﷻ jika pelakunya
tidak bertaubat sebelum meninggal dunia. Allah ﷻ berfirman,
ﵟإِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ
بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ
فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًاﵞ
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa kesyirikan, dan
Dia mengampuni dosa selainnya bagi siapa yang dikehendaki oleh-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan Allah, sungguh dia telah melakukan perbuatan dosa yang
sangat besar.” (QS An-Nisa’: 48).
Wallahu a’lam bish showwab.
Tulisan ini disadur dari kajian berjudul “Takut Kepada Syirik” yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. (dosen di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i / STDIIS, Jember).
Youtube Terbaru





Artikel Terbaru




