Keutamaan Ibadah Haji
Keutamaan Ibadah Haji

Islam adalah agama yang sarat dengan kemuliaan. Setiap ibadah yang diperintahkan, tidak hanya membawa kewajiban, tetapi juga limpahan keutamaan dan ganjaran yang luar biasa. Begitu pula dengan ibadah haji. InsyaAllah, dalam artikel ini kita akan membahas beberapa keutamaan dari ibadah haji. Semoga setelah membacanya, hati kita semakin terpanggil, semangat kita semakin menyala, dan niat kita semakin mantap untuk memenuhi seruan Allah, hingga pada waktunya nanti, kita benar-benar menjadi tamu-Nya di Baitullah.

 

Salah satu keutamaan agung dari ibadah haji adalah bahwa ia termasuk amalan yang paling utama dalam Islam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu,

 

سُئِلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ. قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: جِهَادٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ. قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: حَجٌّ مَبْرُورٌ

“Rasulullah ditanya, ‘Amalan apa yang paling afdhal?’ Beliau menjawab, ‘Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.’ Lalu ditanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Allah.’ Lalu ditanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Haji yang mabrur.’” (HR Bukhari no. 1519)

 

Apa itu Haji yang Mabrur? Ia adalah haji yang dilakukan dengan niat yang ikhlas, sesuai tuntunan Nabi, dan tidak diiringi dengan perbuatan dosa, adalah salah satu amalan yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah . Namun, perlu diingat, yang Allah janjikan ganjaran besar adalah haji yang mabrur, bukan sekadar pergi ke Mekkah dan menunaikan ritual semata.

 

Banyak dari kita mungkin pernah mendengar atau menyaksikan, seseorang pulang dari haji tapi perilakunya tidak mencerminkan perubahan. Misalnya, ada yang merasa cukup dengan shalatnya di Masjidil Haram karena satu rakaatnya setara 100.000 pahala, lalu setelah pulang, ia merasa bebas menunda-nunda shalat, bahkan meninggalkannya. Ini adalah tipu daya setan.

 

Haji yang mabrur sangat tinggi kedudukannya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha, ia bertanya kepada Rasulullah ,

 

"يَا رَسُولَ اللَّهِ، نَرَى الْجِهَادَ أَفْضَلَ الْعَمَلِ، أَفَلاَ نُجَاهِدُ؟" قَالَ: "لَا، لَكِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ"

“Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol. Apakah berarti kami harus berjihad? Nabi menjawab: ‘Tidak, jihad yang paling utama (untuk kalian), adalah haji mabrur.’” (HR Bukhari no. 1533)

 

Hadits ini menggambarkan betapa besar kedudukan haji bagi wanita, bahkan lebih baik daripada jihad. Dalam konteks ini, Aisyah radhiyallahu 'anha, mewakili sahabat-sahabat yang bersemangat dalam beramal, menanyakan tentang jihad, yang saat itu menjadi simbol perjuangan besar di jalan Allah . Namun, Rasulullah menjelaskan bahwa bagi wanita, haji yang mabrur adalah amalan yang lebih utama.

 

Bagi para wanita, haji memang bukan perkara mudah. Tak bisa dipungkiri, ini adalah perjalanan yang panjang dan melelahkan. Dari meninggalkan rumah beserta keluarga, menempuh perjalanan jauh, hingga menghadapi padatnya pelaksanaan ibadah, seperti melempar jumrah di tengah kerumunan, thawaf di tengah lautan manusia yang berdesak-desakan, dan bermalam di Mina dalam kondisi yang serba terbatas.

 

Kendati demikian, pahalanya begitu besar dan agung. Maka untuk para wanita yang mendambakan kedudukan mulia di sisi Allah , jangan sia-siakan kesempatan untuk menunaikan haji. Mulailah menabung, mempersiapkan diri, dan niatkan perjalanan ini sebagai langkah menuju ridha-Nya.

 

Keutamaan lainnya adalah bahwa haji akan menghapuskan dosa. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi bersabda,

 

مَنْ ‌حَجَّ ‌لِلهِ، ‌فَلَمْ ‌يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Barangsiapa yang menunaikan haji karena Allah, lalu ia tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat maksiat, maka ia akan kembali (bersih dari dosa) seperti saat ibunya melahirkannya.” (HR Bukhari no. 1534)

 

Bayangkan, semua catatan kesalahan yang pernah kita lakukan, dosa-dosa kecil hingga yang besar, yang terang-terangan maupun yang tersembunyi, semuanya akan dihapus jika kita melaksanakan haji dengan ikhlas dan menjaga adab serta kesucian ibadahnya. Hati yang penuh noda menjadi bersih. Jiwa yang lelah oleh dosa menjadi ringan kembali.

 

Namun, perlu diingat…

…tidak semua orang yang pulang dari haji otomatis pulang dalam keadaan bersih dari dosa. Karena syarat dari haji yang menghapuskan dosa bukan sekadar “berangkat” ke tanah suci.

 

Rasulullah sudah menyebutkan syaratnya: tidak berkata-kata kotor, tidak berbuat maksiat, dan semua dilakukan karena Allah . Artinya, haji yang mabrur bukan hanya soal ritual yang selesai, tapi soal keikhlasan niat dan ketundukan pada sunnah Nabi .

 

Keutamaan besar lainnya adalah balasan surga bagi mereka yang menunaikannya dengan penuh keikhlasan, sesuai dengan sunnah Nabi , dan menggunakan harta yang halal dan baik. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,

 

العُمْرَةُ إِلَى العُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالحَجُّ المبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الجَنَّة

"Antara umrah yang satu dengan umrah yang lainnya adalah penghapus dosa di antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak memiliki balasan kecuali surga.” (HR Bukhari, no. 1782)

 

Allah balas langsung dengan surga-Nya. Ini bukan sekadar pahala besar, tapi ganjaran tertinggi yang setiap mukmin dambakan. Maka, tidakkah kita tergugah? Sebuah perjalanan yang mungkin berat di dunia, penuh pengorbanan tenaga, harta, dan waktu… tapi balasannya bukan hanya ampunan dosa, melainkan kemuliaan abadi di akhirat.

 

Keutamaan lainnya yang tak kalah agung adalah bahwa haji akan menghilangkan kefakiran dan dosa. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,

 

تَابِعُوا ‌بَيْنَ ‌الْحَجِّ ‌وَالْعُمْرَةِ؛ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَلَيْسَ لِلْحَجِّ الْمَبْرُورِ ثَوَابٌ دُونَ الْجَنَّةِ

“Iringilah ibadah haji dengan (memperbanyak) ibadah umrah (berikutnya), karena sesungguhnya keduanya dapat menghilangkan kefakiran dan dosa-dosa sebagaimana alat peniup besi panas menghilangkan karat pada besi, emas dan perak. Dan tidak ada (balasan) bagi (pelaku) haji yang mabrur melainkan surga.” (HR An-Nasai, no. 2631)


Hadits ini menjadi penguat hati bagi siapa saja yang mungkin merasa belum cukup bekal, yang merasa keberangkatan haji adalah sesuatu yang berat dari sisi finansial. Justru haji dan umrah adalah sebab datangnya rezeki dan dihapusnya dosa, asalkan dilakukan dengan ikhlas dan sesuai tuntunan Rasul
. Allah yang memanggil, dan Allah pula yang akan mencukupkan kebutuhan. Maka, jangan ragukan janji-Nya.

 

Bagi yang belum diberi kesempatan untuk berhaji, jangan bersedih. Niatkan dari sekarang, karena niat yang ikhlas lillahi ta’ala saja sudah dicatat sebagai pahala. Rasulullah bersabda bahwa seseorang yang benar-benar berniat untuk beramal, namun terhalang oleh sebab yang syar’i, maka tetap dicatat pahala sempurna untuknya. Maka, niatkan dari hati yang terdalam, semoga Allah mudahkan langkah kita hingga akhirnya bisa memenuhi panggilan suci ini.

 

Semoga Allah membukakan pintu-Nya dengan seluas-luasnya… Semoga kita semua diberi kesempatan untuk menginjakkan kaki di tanah suci, untuk menggapai haji yang mabrur. Aamin yaa rabbal aalamin



Tulisan ini disadur dari serial kajian berjudul “Bulan Bulan Haji yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. (dosen di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i / STDIIS, Jember).